Sunday, June 17, 2012

Tradisi Megalitik Kabupaten Tabanan


Desa Bengkel Anyar termasuk dalam wilayah Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Desa ini terletak sekitar 12,5 km dari ibukota Kecamatan Penebel dan 25,5 km dari Ibukota Tabanan, 47 km dari Kota Denpasar. Perjalanan menuju desa ini dapat dilakukan dengan kendaraan roda dua ataupun roda empat. Desa ini terletak di kaki gunung Batukaru, berada pada ketinggian 725 m dpl, dengan hawa sejuk. Di sebelah utara terdapat hutan lindung, di sebelah timur mengalir Sungai Tukad Yeh Telengis atau berbatasan dengan Desa Wangaya Gede. Di sebelah selatan berbatasn dengan Desa Kayupuring, dan di sebelah barat dengan Tukad Yeh Ngigih atau Desa Wanagiri, Kecamatan Selemadeg. Dusun ini adalah satu dari sembilan Desa Adat yang ada di Desa Penatahan dan luasnya adalah 24745 Ha, dengan jumlah penduduk 64 KK (324 jiwa, tahun 1993). Pencaharian penduduk pada umumnya ialah petani, dan rata rata mempunyai kebun kopi, cengkeh, dan cokelat. Mereka juga menanam padi dengan menggunakan system tadah hujan.

 Temuan Temuan Megalithik
1.  Temuan yang Berada di Dalam Pura
 
1.1  Pura Puseh Sari
Terletak di sebelah uatara Dusun Bengkel Anyar, di sebelah barat jalan menuju Pura Puncak Sari. Hanya dibatasi denagn tembok keliling dengan Pura Desa/ Pura Bale Agung. Tinggalan megalithik yang ditemukan diantaranya:
  1. Stone Sheet/ Tahta Batu
Di halaman dalam (jeroan) terdapat sebuah tahta batu di atas teras berundak (bersusun tiga) yang terdiri dari delapan ruangan. Setiap ruangan dibatasi dengan batu tegak sebagai pemisah, dan setiap ruangan difungsikan sebagai pesimpangan atau pelinggih (secara berurut dari barat berjajar ke timur) sebagai berikut:


1)      Pesimpangan Bhatara Tambawaras
2)      Pesimpangan Bhatara Salahan
3)      Pesimpangan Bhatara Puncak Kedaton
4)      Pesimpangan Bhatara Puncak Sari
5)      Pesimpangan Bhatara Puseh Sari
6)      Pesimpangan Bhatara Jagasatru
7)      Pesimpangan Bhatara Suku Empat
8)      Pesimpangan Bhatara Gunung Agung
Tahta batu yang panjang itu menghadap ke selatan, sehingga penduduk yang bersembahyang akan menghadap ke utara, ke arah Gunung Batu Karu. Tahta batu ini tidak utuh, dibuat dari papan batu, sedangkan bagian teras atau undaknya dicampur dengan bahan lain, seperti batu padas, batako, dan semen. Ukuran seluruhnya ialah panjang 710 cm, lebar 275 cm, tinggi 168 cm
Di bagian halaman luar (jabaan) terdapat juga tiga buah tahta batu berjajar menghadap selatan, terletak di samping kanan dan kiri pintu masuk, disebut Pelinggih Apit Lawang (kanan dan kiri). Paling barat disebut Pelinggih Angklung. Ketiga buah tahta batu tersebut hampir sama bentuk, bahan, dan ukurannya, yaitu dibuat dari papan batu, dan bagian bawah (alas) dicampur dengan semen, bersusun tiga, dan mempunyai ukuran (rata rata) panjang 67 cm, tinggi 105 cm.
  1. Menhir/ Batu Tegak
Di halaman dalam (jeroan) terdapat lima buah menhir yaitu empat buah di sudut barat laut bangunan pokok dan satu buah didirikan di sudut tenggara. Menhir ini dibuat dari papan batu, dan bagian bawahnya ditanam sehingga sebagian tidak terlihat. Ukuran rata rata ialah tinggi 50 cm, dan lebar 40 cm.
  1. Lantai Batu
Halaman dalam di hadaapan pelinggih pokok Pura Puseh Sari berupa lantai papan papan batu yang dipasang rapi, sehingga bila hujan turun lantai tidak becek, dan memberikan suasana bersih. Fungsi lantai batu ini ialah untuk alas sembahyang pada waktu upacara. Kebiasaan membangun jalanan batu atau lantai batu adalah suatu kebiasaan masyarakat pada masa perkembangan tradisi megalitik yang daat dilihat pada tempat tempat lain seperti di Gel Gel dan Tenganan Pegeringsingan.
1.2  Pura Dalem
Pura Dalem adalah Pura Kahyangan Tiga Dusun Bengkel Anyar, terletak di tepi Sungai (Tukad) Yeh Ngigih, atau sekitar 1,5 km di sebelah barat daya Dusun Bengkal Anyar. Jalan ke pura melalui tepi jurang yang terjal.
Tinggalan megalithik yang ditemukan diantaranya:
  1. Tahta Batu/ Stone Sheet
Dua buah tahta batu terletak di bawah ebuah monolit besar, yang seakan sebagai sandaran. Sedangkan pegangan tangan samping kanan dan kiri adalah papan batu, sehingga membentuk dua buah ruangan. Kedua tahta batu ini didirikan di atas sebuah bebaturan yang memanjang dari utara ke selatan, dibuat dari pasangan papan bat, dicampur dengan batu kali, diberi perekat semen dan menghadap ke barat. Tahta batu ini disebut Pesimpangan Bhatara Puncak Sari (kanan) dan Pelinggih Dalem (kliri). Ada pun ukurannya adalah panjang 415 cm, lebar 287 cm, dan tinggi 500cm.
  1. Lantai Batu
Di halaman depan Pelinggih Dalem, dipasangkn bat kali disusun rapi menutupi halaman sehingga bila hujan turun, halaman tidak erkena erosi, karena pura terletak di tepi Sungai Tukad Yeh Ngigih. Di samping itu untuk menghindari becek di musim hujan agar upacara tidak terganggu..
  1. Batu Alam/ Natural Stone
Terdapat dua buah batu alam monolith yang terletak di sebelah selatan bangunan pokok. Kedua batu alam itu disebut Pesimpangan Bhatara Jagasatru, dan Pesimpangan Pangubengan. Ukurannya hampir sama (rata rata) panjang 190 cm, lebar 170 cm, tinggi 76 cm.
1.3  Pura Puncak Sari
Pura ini terletak di sebelah utara Dusun Bengkel Anyar, sekitar 1 km dari dusun. Pura ini termasuk pura umum, menjadi tempat pemujaan warga Dusun Bengkel Anyar dan sekitarnya seperti Desa Kayu Puring, Tingkih Kerep, dan Puluk Puluk.




Tinggalan megalithik yang ditemukan diantaranya:
  1. Tahta Batu/ Stone Sheet.
Terdapat empat buah tahta batu berbentuk sangat bersahaja. Terbuat dari papan batu dan atu kali dengan perekat semen. Sebuah tahta batu terletak di halaman dalam yaitu di bawah pohon kacu, menghadap barat dan terdiri dari tiga susun, yaitu sebuah batu sandaran, sandaran tangan kanan dan kiri, masing masing satu buah, sedangkan batu dasar ada dua buah. Tahta batu ini disebut sebagai Pesimpangan Bhatara Beji, dengan panjang 180 cm, lebar 95 cm, tinggi 135 cm.
Di halaman tengah terdapat tiga buah tahta batu yaitu dua buah terletak di samping kanan kiri pintu masuk menuju halaman dalam, disebut sebagai Pelinggih Apit Lawang. Di bagian dalamnya masing masing terdapat sebuah menhir menghadap selatan. Sebuah tahta batu erletak di bawah pihon besar menghadap selatan bersusun dua, dibuat dari papan batu dan ukurannya hampir sama dengan tahta batu tersebut di atas.
  1. Menhir./ Batu Tegak
Terdapat lima buah batu tegak yang berkaitan dengn tahta batu yang terletak di bawah Pohon Kacu. Di halaman tengah terdapat dua buah menhir yang berkaitan dengn Pelinggih Apit Lawang. Menhir yang tidak berkaitan dengan tahta batu terdapat di sebelah utara angunan Pura Puncak Sari, berjajar ke belakang pelinggih sehingga menyerupai pagar papan papan batu (37 buah), dengan ukuran rata rata tinggi 75 cm, lebar 44 cm.
  1. Lantai Batu/ Stone Floor
Halaman dalam dilapisi dengan papan papan batu yang diberi perekat semen, mungkin untuk memudahkan pelaksanaan upacara keagamaan, sekaligus menjaga keadaan halaman pura agar selalu dalam kedaan baik.
1.4  Pura Saren Kangin
Pura ini terletak di tepi jurang sebelah timur Pura Puncak Sari, melalui jalan menurun, sekitar 600 m. Terdapat Pelinggih Beji (tempat mohon air suci). Pelinggih pura ini adalah bangunanutama berupa tahta batu menghadap ketimur, didirikan di atas teras terasberundak yang dibuat dari papan batu besusun teratur meleabr ke kanan dan ke kiri. Teras teas ini berfugsi ganda yaitu sebagai tempat menaruh sesajian upacara dan sebagai tempat sembahyang. Tahta batu ini dibangun di tepi tebing yang sangat curam. Di pojok kiri terdapat sebuah tahta batu sebagai Pesimpangan Bhatara Jagasatru, didirikan diatas teras berundak tersebut di atas. Ukuran keseluruhan bangunan ini adalah panjang 1560 cm, lebar 1100 cm, tinggi 600 cm.
Di sebelah selatan Pelinggih Saren Kangin terdapat Pesiraman (permandian) Sunia berbentuk tahta batu dan di sebelah terdapat mata air tempat memohon air suci di setiap upacara di Pura Puncak Sari. Tahta batu ini dibuat sederhana dari papan batu yang diberi perekat semen. Terdiri dari batu sandaran dua buah, sandaran tangan kanan empat buah, sandaran tangan kiri dua buah, dan batu alas dua buah, besusun empat dan disebut Pelinggih Bhatara Beji, dengan ukuran panjang 135 cm, lebar 125 cm, tinggi 100 cm.
1.5  Pura Desa/ Pura Bale Agung
Terdapat peninggalan megalititik yang telah diperbaiki yaitu di pintu masuk, biasa disebut apit lawang. Pelinggih ini terdiri dari susunan batu berupa tahta batu di atas teras yang terbuat dari batu alam dan papan batu, juga terdapat pelinggih angklung yang dimaksudkan untuk Pelinggih Bhatara yang menguasai seperangkat alat gamelan berupa angklung dari perunggu.
1.6  Pura Jagasatru
Pura Jagasatru erat kaitannya dengan Pura Puncak Sari. Terdapat pelinggih yang berbentuk mirip dengan yang terdaat di Pelinggih Pura Saren Kangin. Terdiri dari susunan batu batu alam yang bentuknya pipih dengan undakan undakan yang berbentuk tidak teratur, yang merupakan pelinggih Ida Bhatara Jaga Satru.
  1. Temuan yang Berada di dalam Sanggah Keluarga (Tempat Pemujaan)
Di tempat pemujaan keluarga (sanggah) di Dusu Bengkel Anyar terapat tahta batu yang kebanyakan didirikan di bagian sudut barat laut pekarangan dan disebut Pelinggih Tunggun Karang, yang dianggap keramat sebagai penjaga keselamatan pemiliknya. Pada umunya tahta batu ini berorientasi ke selatan (ke arah Gunung Batu Karu), dengan ukuran pannjang 48 cm, lebar 45 cm, inggi 77 cm, dan semuanya dibuat dari papan batu, pada bagian sisi kanan sisi kiri dan belakangnya. Sedangkan bagian alas sudah ada yang diperkuat dengan batu padas, batu kali, dan dan batu bata yang diberi perekat semen.
Tidak semua keluarga memiliki tahta batu ini, diantaranya hanya terdapat di beberapa keluarga:


a)      Sanggah Ketut Nedeng
b)      Sanggah Wayan Rewa
c)      Sanggah Ketut Redin
d)     Sanggah Wayan Gina
e)      Sanggah Ketut Gewar
f)       Sanggah Wayan Mungkreg
g)      Sanggah Pan Suweca
h)      Sanggah Made Manis/ Mader
i)        Sanggah Wayan Ngampreg
j)        Sanggah Nengah Gabreg
k)      Sanggah Wayan Suardana
l)        Sanggah Nengah Sukra
m)    Sanggah Wayan Sukparka
n)      Sanggah Pekak Puji
  1. Temuan yang Berada di dalam Tempat Tempat Lain
Tahta batu juga ditemukan di luar pura dan sanggah penduduk, yaitu di tegalan  dan sawah yang disebut Pelinggih Pengrasak Tegal atau Pengrasak Sawah. Ada tujuh buah tahta batu, yaitu dua buah di tegalan dan lima buah di sawah, ialah:
*      Pengrasak Tegalan, rdapat di tegalan milik:
1)      Wayan Kaniaka
2)      Wayan Nyandra
*      Pengrasak Sawah Erdapat di sawah milik:
1)                  Ketut Suwika
2)                  Wayan Nyandra
3)                  Wayan Sinar
4)                  Pan Suba
5)                  Pan Suri
Bentuk tahta batu di atas dibuat dari papan batu dan batu kali dengan perekat dari tanah  atau semen. Tahta batu ini rata rata berukuran panjang 112 cm, lebar 85 cm, tinggi 51 cm.
           
Daftar pustaka

PUTRA, I KETUT.
1986. TRADISI MEGALITIK DI DESA BENGKEL ANYAR, PENATAHAN, PENEBEL, TABANAN. SKRIPSI JURUSAN ARKEOLOGI FAKULTAS SASTRA. UNIVERSITAS UDAYANA, DENPASAR

SUTABA, I MADE.
1993-1994. PENELLITIAN TRADISI MEGALITIK DI DUSUN BENGKEL ANYAR, KABUPATEN TABANAN. LAPORAN PENELITIAN ARKEOLOGI. BALAI ARKEOLOGI DENPASAR


 
OLEH MAHASISWA ARKEOLOGI UDAYANA:

MBETIK SENO WIBOWO
JEPRIYADI A. LUMBU
ELFRIDA
ARDELES SANTOZ
HOTMA ELISA





No comments:

Post a Comment